-->

Review Selamat Tinggal Karya Tere Liye

Review Selamat Tinggal Karya Tere Liye, sumber photo gramedia.com

Memang kita bisa berencana suatu hal, tapi Si Pemilik Kehidupanlah yang memiliki hak atur dan memutuskan semua. Kerap kali masalah dan batu halangan yang menghalangi jalannya proses kehidupan seorang. Kehidupan ini seringkali memungkiri usaha dan mimpi yang diharap oleh seorang. Lantas, seringkali memaksa diri ini untuk ikhlas tinggalkan beberapa konsep yang sangat kuat kita pegang.


Takdir seolah menyengaja menghadapkan, bahkan juga memaksakan seorang untuk bergandengan dengan suatu hal yang paling dibencinya. Dapat disebutkan hal itu yang berlawanan dengan konsep yang telah dipegang kuat-kuat oleh kita. Lewat kreasi tulisnya ini, Tere Liye mengilustrasikan dengan benar-benar apik-sebuah kepahitan dan pergolakan di kehidupan yang ditempuh oleh beberapa figurnya.


Tere Liye mengeluarkan sebuah novel dengan judul Selamat Tinggal. Walau keluar di tahun 2020, tapi di tengah 2021, novel ini masih disukai oleh beberapa orang. Novel Selamat Tinggal menceritakan mengenai seorang figur lelaki yang telah lama duduk di kursi kuliah karena tidak juga lulus. 


Lelaki yang namanya Sintong Tinggal tidak selekasnya menuntaskan skripsinya sampai masuk tahun ke tujuh, hingga dia dikenal juga sebagai "mahasiswa kekal" di Fakultas Sastra. Dalam kesehariannya, selainnya kuliah Sintong jaga toko buku bajakan punyai pamannya untuk menambah uang jajannya.


Pembaca akan tersadarkan jika dengan kedatangan toko buku bajakan, karena itu beberapa penulis akan dirugikan, hingga penghasilan dari penulis akan menyusut. Disamping itu, pembaca akan diperlihatkan ada sebuah ironi dari nama toko buku bajakan yang dijaga oleh Sintong, yakni "Karunia". 


Bagaimana ceritanya dapat diberi nama "Karunia", walau sebenarnya telah menggunting penghasilan penulis atau pengarang sebuah buku? Penulis biarkan pembaca untuk mendapati jawaban dari sebuah ironi itu.


Sintong ingin sekali menuntaskan kuliahnya, tapi harus terhalang ongkos dan cerita cinta. Walau sebenarnya dia termasuk mahasiswa yang cukup pintar. Kepandaian yang dipunyai oleh Sintong bisa disaksikan lewat periode lalunya yang sempat jadi wakil pimpinan redaksi majalah di kampusnya, dan tulisannya pernah termuat dalam salah satunya koran nasional. 

Putus cinta yang dirasakan oleh Sintong, rupanya membuat dianya cenderung pilih menjadi "mahasiswa kekal" di Fakultas Sastra. Tetapi, Sintong memiliki konsep jika semua narasi periode lalunya harus diberi perkataan selamat tinggal supaya sanggup hadapi masa datang yang lebih bagus.


Sampai di suatu waktu, Sintong berjumpa dengan seorang gadis dari Fakultas Ekonomi. Gadis degan muka bersih dan rambut panjang itu namanya Jess. Sintong seperti rasakan makna cinta kembali sesudah menyaksikan kehadiran Jess di toko buku bajakan yang dia jaga. Penulis tidak cuma menyuguhkan rasa cinta Sintong pada Jess, tapi persoalan penulisan skripsi Sintong dikisahkan dalam novel ini.


Sintong yang paling ingin menuntaskan kuliahnya usaha membuat skripsi mengenai penulis sastra terkenal, yakni Sutan Pane. Nama Sutan Pane pelan-pelan mulai lenyap dari dunia sastra Indonesia, hingga Sintong harus mengeruk info dengan berjumpa dengan beberapa orang paling dekat dari Sutan Pane. 


Dengan penelusuran yang sudah dilakukan oleh Sintong akan membuat pembaca tersadarkan jika penulis terkenal sekalinya namanya akan lenyap, bila tidak ada literatur yang menulis mengenai kehidupan dari penulis terkenal itu. Apa Sintong sukses menuntaskan skripsinya dan sukses memperoleh cintanya Jess?.

LihatTutupKomentar