-->

Ini yang Membuat Novel Cantik Itu Luka Best Seller 2022

buku Cantik Itu luka

Novel best-seller karya Eka Kurniawan ini merupakan karyanya yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2002. Sampai saat ini, novel ini telah berhasil diterjemahkan ke lebih dari 34 bahasa, termasuk bahasa Inggris, Jerman, Polandia, Jepang, dan masih banyak lagi.

Berdasarkan latar belakang dari masa penjajahan hingga kemerdekaan Indonesia, buku ini mengisahkan tentang seorang wanita keturunan Belanda bernama Dewi Ayu yang memiliki wajah yang sangat cantik. Namun, kecantikannya bukanlah sesuatu yang membawa keberuntungan, melainkan malah membawa bencana dan kutukan baginya serta keturunannya.

Dimulai dari menjadi pelacur bagi tentara Belanda dan Jepang, kutukan ini membuat semua anak perempuan yang dilahirkan oleh Dewi Ayu mengalami kehilangan semangat yang tiada henti.

Oleh karena itu, judul "Cantik Itu Luka" mencerminkan beragam narasi dari beberapa tokoh dalam buku ini, di mana kecantikan justru menjadi sumber luka dan kesedihan bagi mereka. Selain itu, dalam buku ini, penulis menyisipkan berbagai nilai sejarah nyata di balik cerita fiktif ini, sehingga beberapa pembaca dapat memanfaatkannya sebagai salah satu media untuk mempelajari sejarah melalui karya sastra.

Kepopuleran Novel "Cantik Itu Luka" di luar negeri membawa Eka Kurniawan meraih penghargaan sastra internasional di Belanda, yaitu Prince Clause Awards pada tahun 2018. Bukan hanya itu, novel ini juga masuk dalam daftar 100 buku terpenting versi The New York Times.

Novel "Cantik Itu Luka" memiliki genre romantis, realisme magis, dan sejarah. Hal ini karena dalam buku ini digambarkan kisah tentang kolonialisme di Indonesia.

Eka menghadirkan kisah seorang wanita bernama Dewi Ayu. Dewi Ayu adalah seorang wanita yang sangat cantik, namun kecantikannya bukanlah sesuatu yang membawa keuntungan, melainkan membawa bencana bagi dirinya dan keturunannya.

Karena kecantikan Dewi Ayu, dia dijadikan pelacur oleh tentara Belanda dan Jepang. Dewi Ayu menjadi seorang pelacur terkenal yang bayarannya tinggi dan sangat dicari oleh pelanggannya.

Dari hasil pekerjaannya sebagai seorang pelacur, Dewi Ayu memiliki empat anak perempuan yang tidak diketahui siapa ayahnya. Anak sulung, anak kedua, dan anak ketiga Dewi Ayu tidak kalah cantik dengan ibunya. Namun, anak keempatnya, Cantik, nasibnya tampaknya berbeda dengan ketiga kakaknya dan ibunya.

Cantik memiliki penampilan fisik yang tidak menarik, bahkan sejak lahir. Kulitnya gelap, hidungnya tidak terlihat seperti hidung manusia, dan banyak orang yang melihatnya merasa ngeri. Namun, ironisnya, Dewi Ayu memberinya nama "Cantik".

Sejenak setelah melahirkan anak keempatnya, Cantik, Dewi Ayu meninggal dunia. Namun, dia bangkit dari kematian dua puluh tahun setelah dimakamkan. Kebangkitannya membuka rahasia dan bencana keluarga, yang terjadi sejak akhir masa kolonial.

Eka Kurniawan menulis novel ini dengan alur maju-mundur, dengan berbagai konflik dan memperkenalkan beberapa tokoh yang memiliki peran besar. Sehingga, tidak ada satu tokoh pusat dalam cerita "Cantik Itu Luka".

Dalam novel "Cantik Itu Luka", Eka Kurniawan membawa pembaca melalui periode penjajahan hingga paska kemerdekaan Indonesia. Sehingga, narasi dalam novel ini meliputi empat periode, yaitu periode penjajahan Belanda, periode penjajahan Jepang, periode kemerdekaan, dan periode pasca kemerdekaan.

Meskipun novel ini bersifat fiktif, Eka Kurniawan menyelipkan nilai-nilai sejarah yang nyata di balik cerita fiksi ini. Sehingga, beberapa pembaca dapat memanfaatkannya sebagai salah satu media untuk mempelajari sejarah melalui karya sastra.

Sinopsis Novel "Cantik Itu Luka"

Suatu sore di Kota Halimunda, seorang wanita bernama Dewi Ayu bangkit dari kuburnya setelah dua puluh tahun meninggal. Kuburannya berguncang, tanahnya retak dan berhamburan seperti ditiup dari bawah, badai kecil dan gempa bumi terjadi, rumput dan nisan melayang-layang di udara, dan di bawah tanah yang turun seperti hujan, ada sosok wanita tua berdiri dengan sikap kesal yang kikuk.

Wanita itu bangkit dengan kain kafan yang membungkusnya seolah-olah baru saja meninggal kemarin. Kebangkitannya menimbulkan kegemparan di masyarakat sekitar yang menyaksikannya. Beberapa orang berlari, berteriak, dan jatuh.

Dewi Ayu yang menyaksikannya hanya batuk-batuk dan terkejut melihat dirinya berada di tengah kubur. Dia marah-marah sendiri, entah pada siapa. Bagi Dewi Ayu, ada satu kelompok orang yang telah berbuat jahat padanya dengan mengubur hidup-hidup.

Dewi Ayu adalah seorang wanita berusia 51 tahun saat meninggal, sekarang tidak tahu bagaimana cara menghitung usianya. Dahulu, Dewi Ayu adalah seorang pelacur yang memiliki wajah yang sangat cantik, dicari-cari oleh tentara Jepang dan Belanda selama periode perang.

Dewi Ayu meninggal setelah 12 hari melahirkan anak keempatnya, hasil dari tugas yang diemban. Kenangan terakhir itu membuatnya segera mencari bayinya, yang pada saat itu tentu saja tidak lagi bayi. Bayi itu diberi nama Cantik, sesuatu yang bertolak-belakang dengan yang menakutkan bagi beberapa orang yang melihatnya. Kulitnya gelap dan hidungnya terlihat seperti colokan listrik.

Tidak seperti tiga anak perempuannya yang lain, meskipun ia tidak tahu siapa ayah dari semua anak-anaknya, Dewi Ayu tidak ingin anak keempatnya itu hidup. Dewi Ayu kemudian mencoba berbagai cara untuk mengakhiri kehidupan janin itu.

Fisik Cantik yang jelek mungkin disebabkan oleh minum lima butir parasetamol yang diberikan oleh dukun, bersama dengan satu botol soda. Mungkin juga karena tertusuk oleh sebatang kayu kecil yang diletakkan di perutnya, yang menyebabkan ibunya mengalami pendarahan selama dua hari.

Mungkin juga karena empat langkah lain dalam rencana eksperimen untuk mengakhiri kehidupan Cantik dalam kandungan, atau mungkin memang genetik dari keturunannya, yang tidak bisa diketahui siapa ayahnya.

Meskipun semua upaya untuk menggugurkan kandungannya sia-sia, Dewi Ayu belajar bahwa bayi itu adalah seorang pejuang sejati. Bayi itu ingin memenangkan pertempuran yang tidak pernah dimenangkan oleh ibunya. Oleh karena itu, Dewi Ayu akhirnya membiarkan bayi itu lahir dan tumbuh besar.

Kecantikan Dewi Ayu adalah bencana yang membawa kutukan baginya dan bagi anak-anaknya. Selain menjadi pelacur, kutukan lainnya adalah bahwa semua anak perempuan yang lahir dari Dewi Ayu akan kehilangan semangatnya tanpa henti.

Meskipun ketiga anak perempuannya memiliki kecantikan yang memukau, itu tidak membuat mereka terhindar dari kutukan tersebut. Alamanda, anak sulung Dewi Ayu, dipaksa untuk menikah dengan seorang Jenderal yang tidak pernah dia cintai. Sebab, Alamanda hanya mencintai seorang lelaki bernama Camerad Kliwon yang dianggap sebagai seorang komunis sejati.

Alamanda sangat tidak ingin menikahi Si Jenderal. Sebagai bentuk protes kepada Si Jenderal, Alamanda bahkan pernah memasang kunci gembok di daerah intimnya agar tidak bisa tidur dengan Si Jenderal. Namun, pada akhirnya, dia tetap saja harus menuruti keinginan suaminya itu.

Anak kedua Dewi Ayu, yang bernama Adinda, menikah dengan Kliwon, si Camerad Komunis. Ya, Adinda juga menyukai lelaki yang sama, yang juga dicintai oleh kakak perempuannya, Alamanda. Adinda tetap memilih menikahi Kliwon meskipun dia tahu bahwa Kliwon hanya mencintai kakaknya. Kisah cinta Adinda menjadi sangat menyakitkan, karena mencintai seseorang yang mencintai orang lain.

Anak ketiga Dewi Ayu, yang bernama Maya Dewi, menikah dengan preman terkuat di Kota Halimunda. Preman itu pernah berhubungan intim dengan ibunya, walaupun sebenarnya hampir semua orang di Kota Halimunda pernah berhubungan dengan ibunya yang merupakan pelacur paling cantik. Namun, bukti itu adalah bukti yang menyakitkan.

Anak keempat Dewi Ayu, si Cantik, memiliki penampilan fisik yang paling buruk di Kota Halimunda, bahkan mungkin di seluruh dunia. Cantik mendapat kutukan terburuk yang tidak bisa terbayangkan sebelumnya. Cantik tidak pernah dicintai dan tidak pernah menikah.

Akhirnya, jawaban atas penyebab kutukan itu akhirnya ditemukan. Semua kutukan ini disebabkan oleh tangisan seorang lelaki, bukan tangisan biasa, melainkan tangisan seorang pecinta sesungguhnya. Kesedihan karena kekasihnya dipaksa menikah dengan orang lain.

Kekasih yang dimaksud adalah Ma Iyang, ibu dari Dewi Ayu. Ma Iyang menikah dengan seorang Belanda bernama Henri Stammler, dan hasil dari pernikahan itu adalah Dewi Ayu sebagai anak mereka.

Lelaki itu merasa sangat kecewa dan merasa sakit hati dengan Ma Iyang dan Henri Stammler, serta semua keturunannya. Rasa sakit hati itu melahirkan sebuah kutukan, agar keturunan Ma Iyang dan Henri Stammler dapat merasakan apa yang dia rasakan.

 

LihatTutupKomentar